BEING SERIOUS IS THE ONLY WAY TO BE A SUCCEEDED LEARNER

Wednesday, December 5, 2007

Autosuggestion

Seperti biasanya saat aku pulang kampung ke Ponorogo, aku sempatkan untuk main ama kelurga kealun alun Ponorogo kota , banyak tempat makan yang dapat disinggahi oleh karyawan, mahasiswa, pelajar untuk sejenak istirahat dan makan siang. Disana ada mie ayam, batagor, soto, sate dan banyak lainnya. Terlihat disudut lain salah satu pedagang sedang melayani pelanggan tetapnya. Tidak lupa kami semua bertiga segera meluncur mencari ketempat bang Bagong untuk makan siang. Kami segera memacu kendaraan untuk sekedar berebut tempat dengan pembeli lainnya. Memang sate bang bagong paling dicari dan terkenal sejak aku masih pertama kali datang dikota reog ini. ’Alhamdulliah’ , gumamku dalam hati. Kali aku aku dapat tempat duduk nyaman, maklum biasanya kami berempat hanya sempat makan dimobil karena tidak kebagian tempat duduk. Segera saja aku pesan menu favoritku, sate plus kulit dan joroan. Seperti biasanya, disela sela waktu menunggu banyak pengamen silih berganti menjajahkan syair lagunya sambil mengharap imbalan recehan tanda penghargaan atas suaranya yang agak sumbang itu. Terlintas pandanganku disela sela kaki para penikmat sate yang sok profesional itu, sok jaim dengan dasi didadanya itu, terlihat sosok anak kecil belasan usia sekolah dasar sedang mengusap sepatu tamu berharap ada yang mau untuk disemir. ’Permisi tuan, semir’ ucap dia. ’Hei ngapain kamu?’, ’mau nyolong!’ teriak salah satu tamu yang berperawakan necis itu. Si tukang semir itu berganti kesepatu lain dan setiap kali ditolak dengan kasarnya. Tetap aku pandangi tingkah laku anak itu, sudah sepuluh orang yang menolaknya, pikirku dalam hati. Iba rasanya hatiku melihat anak itu, tak terasa air mataku menetes lembut dipipiku, mengingatkanku dimasa kecilku yang hampir sama dengan dia, bekerja sendiri untuk dapat membayar spp. Kucoba untuk untuk memanggilnya untuk menyemir sepatuku. ’Hai sini, tolong semir sepatuku!’ walau tadi pagi pagi aku telah menyemirnya. Dan sepatuku masih terlihat mengkilap. Gumamku, itung itung untuk menolong dia. ’Ya tuan’ jawab anak itu. ’Ah jangan panggil aku tuan, panggil aja kang’. ’ Ya kang!’. ’ ngomong ngomong siapa namamu?’. ’Dani, kang’. Kuaajak ngobrol terus sampai sampai aku seperti detektif aja, pikirku dalam hati. Tak terasa sudah dua puluh menit aku ngobrol sama dia hingga aku telah mengetahui latar belakang kehidupannya. Tak tega rasanya aku mendengarnya kalau dia hidup seorang diri dikota reog ini, dia telah lama ditinggal ayah dan ibunya sejak berumur 6 tahun. Dan kini ia harus mencari sesuap nasi sendiri dengan menawarkan keahlianya dalam memoles sepatu. Sejenak aku teringat masa masa susah masa kecil yang sudah ditinggal kedua orang tuaku. Terhenyak lamunanku ketika mendengar, ’Sudah selesai, kang!’ ucap Dani dengan semangatnya. ’Berapa?’ tanyaku. ’Empat ribu rupiah’ jawabnya. Ku keluarkan uang lembaran dua puluh ribuan dari kantongku. ’Uang kecil aja kang, nggak ada kembaliannya’ akunya, ’tunggu kang, aku cari kembaliannya dulu’ impal dia. ’Ya’ balasku dengan rasa percaya yang tinggi. Kembali aku bergurau dengan anaku membicarakan hal hal yang kecil hingga bangganya dia telah bisa menari jathilan disekolahnya. Tanpa sadar aku telah menunggu setengah jam, dan teringat uang kembalianku belum kuterima dari si Dani itu. Pikiranku mulai bermacam macam hingga pikiran kotorku mulai terlintas dibenakku, ’memang anak nggak mau diuntung!’ sudah ditolong malah membawa uangku. Kutinggalkan warung bang Bagong dengan hati yang dongkol, dan kembali kerumah di Wonoketro untuk istirahat. Ku perikasa inbox emailku, setelah kutinggalkan kerjaanku beberapa hari. Terlihat banyak surat yang masuk dari customerku menanyakan progress shipment, invoice, unpaid payment dan compalain tentunya. Sejenak kulupa dengan kejadian yang baru saja menimpaku diwarung bang Bagong karena kesibukanku dirumah, maklum bulan ini adalah semester pertama perusahaanku dalam mempromosikan produksi terbaru di seluruh eropa, walau aku tinggalkan kerjaan namun aku sempatkan untuk memeriksa inbox tak terkecuali milist arcc loh...... Tanpa sadar sudah 3 sebulan lebih aku tidak berkunjung sate bang Bagong, maklum aku sudah kembali kerja di Surabaya. Diminggu ini aku diminta supervisor menemani inspector dari Jakarta untuk mencari model reog mini di Ponorogo, langsung saja kami kembali ke Ponorogo, akhirnya bisa juga aku pulang lagi, rencananya kami akan makan siang di Pecel Pojok, namun tamu dari Jakarta tersebut minta makanan khas Ponorogo yang terkenal itu. Langsung saja terbesit pikiranku untuk makan siang warung sate bang Bagong. Seperti biasanya warung bang Bagong tak pernah sepi dari pembeli. Kupilih kursi paling pojok yang masih kosong itu. Tidak lebih dari menit menunggu, seporsi sate langsung berada dihadapanku. Sambil mengobrol kami menyantap sate. Disela sela sela kami mengobrol datang seorang anak menghampiriku dengan akrabnya. ’Kang, maaf ya Kang’. Kata dia. ’loh loh ada apan ini’, rasanya kita belum pernah ketemu, ngapain kamu minta ma’af’, kataku tanpa dosa. ’Nama saya Dani, kang’, ucap dia. ’Dani...!, pikirku dalam hati. ’Em em siapa ya?’. Tanyaku. ’ Saya kang, si tukang semir’. Jawab dia dengan terbatah batah. ’Oh ya...ya..saya ingat, kamu....ya.. .kamu!. ’Ini kang, kembaliannya!’ . Selintas dipikiranku. Sudah tiga bulan lebih aku tidak ketemu anak itu, dan teringat kembali bahwa aku masih meninggalkan uang kembalianku sebesar enam belas ribu rupiah padanya. Masih tidak percaya aku menatap anak ini, ternyata masih ada orang yang jujur dinegeri ini. Seoarang anak tukang semir yang jujur padahal disana banyak orang yang licik dalam dunia kerjanya. ’Ya Allah, terimah kasih telah kau tunjukan pelajaran yang berharga yang kudapat dari seorang anak tukang semir ini’. Jarang sekali aku menemui seorang yang jujur dinegeri ini, negeri yang diributkan oleh perang kekuasaan yang didalamnya terdapat kompetensi saling sikut, saling tendang hanya untuk mendapatkan serupiah demi memenuhi isi perut. Lama aku termenung hingga aku melupakan kehadiran anak itu.’ Ya ...ya....ambil aja uang kembaliannya’ , Pintaku. Namun tak kusangka ia malah mengembalikan uang tersebut. Kini kumengerti mengapa ia tidak langsung mengembalikan uang kembalianku pada saat itu karena ia memang terlambat datang ke padaku karena lama mencari uang kembalian tersebut. Dan setiap hari ia mencariku hanya untuk mengembalikan uang itu. Alhamdulillah Ya Allah, ternyata masih ada orang jujur dinegeri ini. Kini setelah kupetik pelajaran yang berharga itu, aku sadar bahwa kejujuran memang diatas segalanya. Kejujuran akan membawa keselamatan dan membawa rejeki yang barokah. Pertanyaan yang selalu hadir dibenakku, apakah kejujuran itu hanya dimiliki oleh orang orang kecil dan terpinggirkan seperti halnya kejujuran yang dimiliki oleh seorang tukang semir, Dani. Disisi lain para pejabat negara ini terkenal dengan lips service demi mengamankan kursi jabatannya.

3 comments:

fiz-online said...

Dani..... pasti kenal sama Si Boy Kecilnya Iwan Fals....!!!

Raden Roro Martiningsih said...

alhamdulillah, ustadz dah bisa buat blog yang keren

Cak Lim said...

Autosuggestion apa tukang semir???
By the way, do you allways make blog? E alah takut salah.
Mr. Mohon jika ngeblog sambang sinambang yo. Suwun SIM telah masuk your Frien of Mine. Matur nuwun, tapi maaf blogku katagori rather ...... Salam SIM